10 Januari 2010

Mozi, Sang Murid Kehidupan (2)

>>>>>>>Cerita sebelumnya<<<<<<<

Mozi, Sang Murid Kehidupan (1)

Sapi yang melihat hal itu, dengan sigapnya berlari kearah Mozi. Sapi sangat tak menginginkan Mozi berhasil menjaringkan bola itu, karena dia tak mau keluar lapangan sebagai pecundang meskipun mungkin pergerakan dia untuk mencegah poin kemenangan yang akan diraih Tipatu terhitung agak sedikit terlambat.

Mozi melompat, siap melemparkan bola ke arah jaring. Sapi datang, dan..

"Oh, tidaaaaa......aaaaakkkkkkkkk!!"

= = = = * * = = = =

Mozi, Sang Murid Kehidupan (2)

Mozi melompat, siap melemparkan bola ke arah jaring. Sapi datang, dan..

"Oh, tidaaaaa......aaaaakkkkkkkkk!!"
Terdengar suara teriakan salah seorang siswi dari arah penonton. Sementara semua pandangan penonton mengarah ke lapangan, dimana Mozi terlihat sedang tergeletak setelah ditabrak oleh Sapi. Akibat tabrakan itu, tembakan Mozi meleset, berbarengan dengan bunyi bel yang menandakan waktu pertandingan telah usai. Mimpi Tipatu tuk menjadi juara kandas sudah karena tindakan tidak sportif yang dilakukan Sapi.

Para pemain Tipatu, manajer, dan suporter berhamburan ke lapangan melihat kondisi Mozi. Dengan sedikit meringis kesakitan Mozi berusaha duduk dibantu oleh Anton.

"A', aa' gak apa2 kan??", tanya Mimi.

"Gak apa2 Mi...!!", jawab mozi dengan tangan kanan yang sedang memegang siku kirinya yang kelihatannya sedikit lecet karena digunakan untuk bertumpu pada saat jatuh tadi.

Mozi berusaha berdiri dan beranjak ke base line, bangku pemain cadangan. Sementara ditengah lapangan Pes-2 dan pendukungnya bersorak sorai merayakan kemenangan mereka. Suara sumbing banyak terdengar dari peristiwa ditabraknya Mozi oleh Sapi tadi. Tapi begitulah hidup yang meski terasa kurang adil, tetap saja akan berlanjut.

Mozi bangkit dari bangku pemain, kemudian berjalan menuju kerubutan pemain Pes-2 yang masih bergembira ria di tengah lapangan.

"Zi, jangan...!", cegah Naya.

"Tenang aja Nay!!", jawab Mozi yang terus mendekati tim Pes-2.

"Eh, eh.... Mozi jalan kesini tu!", ucap Andra, salah seorang official tim Pes-2 kepada Ari dan yang laennya.

"Jangan-jangan mo ngajak ribut tu!", timpal salah seorang siswa Pes-2 Lainnya.

Sorak sorai Pes-2 terhenti. Secara teratur anak-anak Pes-2 membentuk semacam jejeran barisan menghadap ke arah datangnya Mozi, seakan bersiap menghadapi sesuatu.

Sementara dari belakang Mozi, kumpulan anak Tipatu dan temen2 Mozi juga ikut maju, siap mem-back up dan membantu Mozi jika terjadi suatu hal yang tak diinginkan.

Mozi terus maju dengan gontai -gaya khas jalannya-, dan jalannya itu seperti mengarah tepat menghampiri Sapi, pemain Pes-2 yang tadi manabrak Mozi, pemupus harapan Tipatu tuk meraih gelar juara.

Para penonton yang tadi mulai akan beranjak meninggakan gedung olahraga, sekarang berbalik arah mendekati arah lapangan. Mereka krasak-krusuk.

Diantara mereka ada yang berujar, "Duh, kayaknya bakal berantem nih!".

Mozi tepat berhadap-hadapan persis dengan Sapi. Mozi menatap Sapi dari ujung kepala hingga kaki dengan tatapan tajamnya. Semua yang berada di gedung olahraga deg-degan, menunggu apa yang akan dilakukan seorang Mozi yang selama ini terkenal sebagai anak baik. Mereka menduga Mozi pasti sangat kesal kepada Sapi.

Mozi mengangkat tangannya, secara refleks Sapi menangkis tangan Mozi karena menyangka Mozi akan memukulnya.

Mozi tersenyum dan berkata, "Aku cuma mo ngucapin selamat fren! Selamat atas kemenangan tim kalian. Terima kasih atas permainan yang menyenangkan ini."

Semua yang berada diruangan lega, dan bertepuk tangan menyaksikan kebesaran hati Mozi menerima kekalahan timnya, meskipun ada tindakan kurang sportif yang dilakukan salah seorang pemain lawan.

Suasana jadi riuh. Tim Tipatu berbaur dengan tim Pes-2 ditengah lapangan, mengikuti jejak Mozi mengucapkan selamat kepada tim lawan.

- * -

"Duh a', kurang ajar banget sih si Sapi!", gerutu Mimi saat mereka sudah berkumpul di ruangan kelas, bersiap menerima raport semester I.

"Biarin lah Mi! Toh, semuanya dah lewat....", jawab Mozi sekenanya.

"Tapi aa' gmn nie?? Gak apa2 kan??", sambung Mimi penuh perhatian. Maklum Mozi bagi Mimi bagai kakak kandung sendiri meskipun mereka baru 2 tahun kenal karena selalu sekelas di kelas unggul 2 tahun terakhir.

"Gak apa2 Mi, tenang aja la!", balas Mozi.

"Pijitin a' donk! Capek nih", lanjut Mozi.

"Iya, iya! Sini tak pijitin....", jawab Mimi sambil mengulurkan tangan ke bahu Mozi.

Baru saja Mimi mo mijitin Mozi, ternyata Pak Widan, Wali Kelas Tipatu masuk ke ruangan dengan tampang pendiamnya seperti biasa. Terlihat kumpulan raport juga ikut dibawa oleh Pak Widan.

"Selamat siang anak-anak!", sapa pak Widan.

"Siang paaakkkkk.....!", sahut anak-anak Tipatu sigap.

"Seperti yang kalian ketahui, hari ini saya akan membagikan raport hasil penilaian usaha keras kalian selama Semester I di kelas kebanggaan kita ini.....", ceramah Pak Widan.

Ntah apa selanjutnya yang disampaikan Pak Widan karena Mimi tlah menggangu konsentrasi Mozi dengan katanya,"Mi yakin deh kl aa' bakal dapat rangking 4!"

"Coba aja kl a' bisa rajin, pasti bisa rangking 2 atau 3 tu!", lanjut Mimi.

"Kita liat ja de Mi...!", jawab Mozi tak yakin.

Walaupun sebenarnya jenius, tapi Mozi tak pernah serius belajar. Mungkin karena itu juga Mozi yang diprediksi bakal menjadi juara kelas pada saat di kelas X.5, ternyata meleset jauh dari perkiraan karena Mozi hanya mendapatkan rangking 10. Meskipun Mozi kecewa dengan hasil tersebut, tapi dia tidak pernah protes dan tetap bersikap seperti biasanya. Beruntung Mozi bisa mendapatkan peringkat ke-5 pada semester selanjutnya, hingga dia berhak bergabung di kelas unggulan yang baru pertama kali dibentuk disekolahnya.

"Mungkin ada yang peringkatnya naik, ada yang turun. Tapi ada satu siswa yang menjadi catatan saya karena prestasinya turun drastis!", ungkap Pak Widan sebelum mulai membacakan peringkat sepuluh besar.


Semua siswa terdiam.

"Sepertinya ada pendatang baru di kelompok top ten. Belu nampaknya bekerja keras, hingga dia layak dihadiahi peringkat kesepuluh", umum Pak Widan disambut tepuk tangan seisi ruangan yang takjub dan gak menyangka si belu bisa meraih prestasi sebaik itu.

- * -

"Kok bisa sih a'??", tanya Mimi seakan tak percaya.

= = = = * * = = = =

(bersambung)

08 Januari 2010

Sudah lama

Sudah lama tak kukunjungi kamu,
sudah lama tak kulihat kamu,
sudah lama tak kusapa kamu,,,

Maafkan aku teman,
bukannya aku tak mau lagi bicara padamu,
bukannya aku tak lagi memperdulikan keberadaanmu,
bukannya aku tak mau lagi mencurahkan hati dan fikiranku,,,

Andai saja bisa kau lihat,
maka kau pun akan mengerti keadaanku,
yang asyik bermain dengan kenyataan hidup,
dan tak jarang aku pun asyik dengan dunia khayalku,
meskipun kadang aku melakukan sesuatu yang bisa saja merusak masa depanku,,,

Maafkan aku,
mungkin ini kan lama terjadi,
dimana aku dan kamu berjalan sendiri,,,

Jika sudah sampai waktunya nanti,
ku kan kembali merangkai kata-kata,
bercanda tawa dengan jiwa yang bahagia,
membuatmu merasa paling berguna dan berharga,,,,,,,