27 September 2010

Belajar dari rumput dan hujan,,,,

Gemericik air terdengar beradu tenaga dengan genteng, atap kantorku,,,

"Sepertinya hujan turun lagi", fikirku,,,

Bergegas aku bangkit dari tempat duduk yang telah kududuki selama 4 jam terakhir dan melangkah keluar dari ruangan ini. Dan benar ku lihat butir air itu menghantam bumi dengan derasnya, lebat. Sementara diibawah sana ku lihat tanah, rumput, bunga, dan tanaman lainnya di halaman kantor ini berjingkrakan sumringah menyambut datangnya hujan,,,

"Ah, aku tak suka ini! Mereka bercengkrama lepas dibawah sana, sementara aku terkungkung disini, merasa kering kerontang!", bathinku

Pak rumput tertawa mengejekku,"Hei, kemana muka penuh senyum dan hari-hari bahagiamu??"

"Tlah hilang ditelan kekejaman ibukota!", jawabku kesal,,,

"Hei kau, aku bertanya baik-baik tetapi kenapa kau kesal dengan pertanyaanku??", tanya pak rumput,,,

"Aku tak kesal padamu! Aku hanya menyesali diri,,,", sanggahku dengan sedikit melemahkan nada suara,,,

"Kasian sekali kau nak,,,", kata pak rumput prihatin,,,
"Ayo turun, bermain hujan bersama kami!", ajak pak rumput, mencoba menghiburku,,,

Hampir saja aku melangkahkan kaki menuruni anak tangga dari lantai dua kantorku ini untuk memenuhi ajakan pak rumput. Tapi seketika itu juga aku sadar, terhenyak, dan berkata,"Hei pak rumput, aku hampir berusia 24 tahun,,, Rasanya tak pantas lagi aku bermain hujan seperti yang pernah aku lakukan takkala aku masik kanak-kanak dulu,,,"

Ditemani bayangan riangnya aku bermain hujan dahulu kala, aku melanjutkan kata-kataku,"Lagipula ini kantor,,,, Aku tak ingin mereka mentertawakan aku jika mereka melihat aku asyik bermain hujan bersamamu,,,"

"Hahahahahaahaha,,,", kontan saja semua pasukan tanaman di taman itu mentertawakanku,,,

"DDIIIIIIIIAAAAAAAAAAAMMMMMMMMMMMMMM!!!", bentakku,,,
"Apa yang kalian tertawakan???", tanyaku bengis,,,

Pak rumput seolah mewakili para tanaman itu menjawab,"Kau ini orang aneh,,,"

"Apanya yang aneh??", tanyaku gusar,,,

"Begini nak, pertama kau menyalahkan keadaan. Bukankah kau tadi bilang bahwa muka penuh senyum dan hari-hari bahagiamu tlah hilang ditelan kekejaman ibukota?? Mengapa kau menyalahkan ibukota?? Bukankah ibukota hanyalah tempat, benda mati?? Harusnya kau menyalahkan dirimu sendiri karena dirimu tak cukup kuat menghadapi kehidupan ibukota,,, Kau lemah!! Kau hanya bisa menyalahkan keadaan atas ketidakberdayaan dirimu,,," terang pak rumput.

Aku mulai serius mendengarkan penuturan pak rumput,,,,

Pak rumput lalu melanjutkan kata-katanya"Kedua, kau kurang bisa mengendalikan emosi,,, Mengapa kau tiba-tiba kesal dan marah kepada kami?? Padahal kami hanya ingin mengajakmu bermain,,, Apakah kau tak tau jika kau ingin sukses dan besar, kau harus pinter-pintar mengelola emosimu,,, Tak tahukah kau bahwa banyak orang pintar dan hebat mengalami kegagalan hanya karena kegagalan mereka dalam hal manajemen emosi???"

Aku terhenyak,,,,

"Secara tak sadar, kau telah memberi batasan-batasan yang tak penting antara kau dan kebahagian,,, kau merasa tak pantas bermain hujan hanya karena kau beranjak dewasa,, sejak kapan kebahagian dibatasi usia??? mungkin secara praktek bolehlah kau berkata kau tak pantas bermain hujan,,, tapi maksudku lebih kepada konsep, kerangka berfikir,,, kau tak tau betapa mudah sesungguhnya kau raih kebahagian itu,,, tetapi kadang kau secara tak sadar telah mendirikan tembok pemisah antara kau dan kebahagian,,, masihkah tak kau sadari betapa besar dan banyaknya karunia Allah SWT yang tlah kau nikmati,,, kau hitunglah nikmat itu sejak kau masih di kandungan ibumu,,, niscaya takkan dapat kau hitung!!! lalu mengapa kau lebih suka berfikir tentang sesuatu yang membuatmu susah??? apakah kau kufur dan hendak mengingkari rahmat Allah SWT dan mencoba berpaling dari-Nya?? sungguh picik kau anak muda,,, dan kau takkan pernah menang melawan Tuhan,,, Kau kecil bagi-Nya, sangat kecil,,,"

Air mataku menetas,,,,

"satu lagi,,, kau terlalu peduli dengan pendapat orang lain!! bukankah tadi kau bilang kau tak hendak bermain hujan bersama kami karena tak hendak orang sekantor ini mentertawakan perbuatanmu?? apakah itu berarti jika tak ada orang kau akan melakukannya??? munafik kau anak muda jika kau berbuat atau tak berbuat sesuatu hanya karena ada atau tidaknya orang yang melihatmu, hanya tergantung pemikiranmu terhadap pendapat orang lain,,, apa kau lupa Dia, Sang Maha Melihat, Allah SWT selalu mengawasimu?? bahkan yang kau sembunyikan sekalipun Dia mengetahuinya,,, Insyaflah kau anak muda, taubatlah,,,,",

Hujan berhenti turun, tapi tidak dengan air mataku,,,, terus saja mengalir hingga aku mendengan adzan dzuhur, sungguh menggetarkan kalbu mendengar seruan muadzin yang mengajak tuk meraih kemenangan,,,

Mentari kembali bersinar,,, aku menyeka air mataku, lalu mengambil wudhu', dan berjalan menaiki tangga masjid untuk menunaikan Sholat Dzuhur Berjamaah,,,

Aku tersenyum,,,,
Terima kasih rumput dan hujan yang turun menyejukkan kalbuku,,,

02 September 2010

Ukhti, Bidadariku di Syurga, Aku (masih) Berharap Kau (Selalu) Bersamaku dari Dunia,,,

Ukhti,,,
Ada bagian yang terusik ketika mereka berbicara tentang tulisanku yang dulu,
Tulisan-tulisan yang khusus kubuatkan untukmu,,,

Ukhti,,,
Hatiku terusik,
Dimana niat dan harap tlah ku sematkan,
Niat dan harap tuk bersamamu,
Yang belakangan ini ku biarkan terbenam diam disana,
Di lubuk hatiku,,,

Ukhti,,,
Sebenarnya takkan pernah habis asa bersamamu,
Tapi sejenak ku biarkan terbenam diam,
Hingga mereka mengungkit lagi tentang tulisanku,
Membangkitkan asa yang sedikit menyesakkan dada,,,

Ukhti,
Aku percaya Allah SWT,
Dan telah kuserahkan semua perkara duniawi ini kepada-Nya,,,
Dia tahu betapa besar aku menginginkanmu,
Menginginkanmu karena cintaku pada-Nya,,

Ukhti,,,
Begitu besar dukungan yang mereka berikan padaku,
Mungkin mereka mendukung konsep cinta yang kusandarkan pada cinta kepada-Nya,
Atau mungkin mereka hanya ingin melihat kelanjutan ceritaku, hatiku, fikirku, keinginanku,
Yang tetap saja berharap kau menjadi bagian dari kisah perjalanan ini,
Sayang, aku tak terlalu tau apakah kau mau mengambil peran tuk bersamaku,,,

Ukhti,
Sebenarnya aku ingin lebih menunjukkan kesungguhanku padamu.
Tapi aku takut itu hanya akan mengganggu hati dan fikiranmu.
Aku juga takut nantinya akan ada yg terluka,
Karena aku tak dapat menentukan apa yg akan terjadi esok,,,

Ukhti,
Aku telah menguatkan diri dan hatiku,
Karena harusnya memang kita lah yang menjadi motivator terbesar bagi sendiri.
Bukankah kita yg lebih memahami apa yang kita inginkan?
Sebesar apa kita menginginkannya?
Dan sejauh mana kita dapat mewujudkan keinginan itu?
Sayangnya masih banyak diantara kita yang menunggu,
Dan berharap orang lain yang akan membangkitkan semangat kita,
Laksana berharap hujan emas dari langit.
Takkah dapat disadari betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia,
selama kita hanya menunggu n berharap??
Itulah mengapa semua ku percayakan kepada-Nya,,,

Ukhti,,,
Orang tua adalah pertimbanganku juga menginginkanmu.
Bersamamu, Insya Allah aku takkan mengecewakan mereka.
Selama ini aku selalu patuh dan mengikuti kemauan mereka,
Masalah ini pun aku takkan berani membangkang.
Apapun keinginan mereka, yang akan membuat mereka senang akan aku jalani.
Dan takkan penah terasa sulit bagiku jika bersama sosok pribadimu,
Sholelah, pintar, dan sabar,,,,

Ukhti,,,
Aku hanya mencoba mendapatkan yang terbaik,
Bagi-Nya, bagi orang tuaku, dan bagi diriku sendiri,,,

Ukhti,,,
Aku sudah menandatangi kontrak dengan Tuhan,
bahwa aku akan membaktikan hidupku tuk kalian, orang tua, kau dan keluarga kita,,,

Ukhti,,,
Bidadariku di Syurga,
Aku (masih) berharap kau selalu bersamaku dari dunia,,,