29 November 2010

Tak ingin lagi mencinta jika itu bukan karena-Mu,,, (Izinkan kami menjaga cinta, hingga masa khitbah itu tiba,,,,),,,

Ah,,, Semakin jengah saja kami dengan romansa cinta anak manusia. Ya, kadang kami merasa prihatin dengan perilaku mereka terhadap cinta tak berdasar, tak beranah tanah, tak bertuan. Mereka begitu mengagungkan cinta, mendengang-dengungkan kasih, memperlihatkan sesuatu yang sering tak bijak dengan sebuah alasan yang mereka sebut ungkapan rasa sayang, tanpa ikatan yang syah, ikatan yang halal,,,

Entahlah,,, Mungkin karena kami juga pernah terjebak dalam jenis permainan yang memabukkan ini. Ya, sungguh sangat membuai indahnya mengikuti bisik bujuk rayuan syaitan La'natullah. Tapi itu dulu, ketika kami masih naif, tak mengacuhkan segala aturan, ajaran dan norma,,,,

Inilah kami sekarang, berteriak lantang menyerukan kemerdekaan terhadap syaitan,,,, kami tabuh genderang perang sedahsyat mungkin yang kami bisa terhadap segala bentuk kenaifan dan kemunafikan yang mendewakan dunia fana,,,, Tak ada lagi yang namanya cinta dimata kami jika itu tak berdasarkan kepada-Mu,,,,

Yaaaaa Rabbi,,,,,,
Inilah hamba-Mu yang hina berlumur dosa,,,, Sempat terlupa dan silau oleh nikmat dunia,,,,
Hambalah sang manusia yang tak tau diri, mengganggap diri ini suci tapi masih suka mencaci maki,,,,,
Inilah hamba yg pernah kehilangan arah, meninggalkan jejak-jejak yang dituntun oleh Rasul-Mu, Muhammad SAW,,,
Inilah hamba yg bersimpuh, memohon ampun tuk kembali ke jalan-Mu,,,,

Duhai Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyanyang,,,
Jangan jadikan hamba Pangeran Berkuda Putih yang diharapkan para wanita yang seakan mereka merasa bahwa mereka adalah Sang Putri Cinderella,,,
Jangan pula jadikan hamba Romeo yang atas nama dasar cinta mati yg lebih memilih mengakhiri hidup jika tak bisa hidup bersama Sang Juliet,,,

Duhai Allah, Sang Penggenggam Nyawa,,,
Jauhkan kami dari buruknya nafsu dan ketamakan sehingga kami tak seperti Julius Caesar yang begitu terpesona oleh kecantikan dan kekuasaan Cleopatra,,,,
Jauhkan kami dari segala bentuk konflik dan perebutan seperti peperangan Rama dan Rahwana dalam memperebutkan seorang Shinta,,,,
Jauhkan pula kami dari kekejian dan menghalalkan segala cara seperti yang dilakukan Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung dan Empu Gandring dengan kerisnya serta memfitnah Kebo Ijo demi mendapatkan Ken Dedes,,,,

Duhai Allah, Sang Penguasa Langit dan bumi,,,,
Jadikan kami manusia-manusia yang bersyukur,,,,,
Jangan jadikan anugerah-anugerah indah yang ada sekeliling kami sebagai pemicu musibah,,,
Hilangkan sifat sombong dan egois yang membuat kami merasa seakan-akan kami mampu hidup sendiri, tanpa-Mu,,,
Jauhkanlah sikap dengki dan iri yang membuat kami merasa seakan-akan hidup tak berlaku adil bagi kami,,,,

Duhai Allah, Pemilik Syurga dan Neraka,,,
Berikan kami waktu dan kesempatan untuk memperbaiki diri,,,,
Bentuklah niat yang baik, dengan cara yang baik pula, untuk memilih segala sesuatu yang baik,,,
Jadikan setiap helaan nafas kami sebagai istighfar, memohon maaf atas segala salah dan kealfaan kami,,,
Jadikan kami manusia yang mau bermuhasabah dan mampu mengambil hikmah dari setiap pelajaran yang Engkau tawarkan kepada kami,,,,
Dekatkan kami kepada kebajikan menuju syurga-Mu, dan jauhkan kami dari kemungkaran, dari neraka-Mu,,,

Yaaaaa Rabbi, Pemilik Ruh dan Jasad kami,,,
Kami tak ingin lagi mencinta jika itu bukan karena-Mu,,,
Tuhan kami, Tuhan mereka, Tuhan segalanya,,,,
Izinkan kami menjaga cinta, hingga masa khitbah itu tiba,,,,

10 November 2010

Maaf, kami melupakan kalian, tulang belulang yang terbujur kaku antara bekasi & karawang, meski kalian adalah PAHLAWAN,,,,

Maaf, kami melupakanmu, tulang belulang yang terbujur kaku antara bekasi & karawang,,,
Kami sedang "berpesta" semu menyambut seseorang yang tadi malam ku dengar presiden kita memanggilnya dengan sebutan "Yang Mulia",,,,, Pasti kalian takkan menerima sebutan itu,,,, Bagaimana bisa harta benda dan jiwa raga yang kalian korbankan takkala memerdekaan bangsa ini dibalas sedemikian keji rendahnya oleh pemimpin nomor satu di negeri ini dihadapan "Yang Mulia"nya, di hadapan dunia pula,,,, Dengan panggilan itu, seolah2 presiden kita memposisikan bangsa kita adalah hamba sahaya atau (maksimal) kaki tangan kerajaan "Adikuasa" yang harus mengumpulkan umpeti secara paksa dari rakyat jelata dan mempersembahkannya kepada "Yang Mulia Tuan Agung dan bla bla bla",,,,,

Bahkan tadi, di Depok, kami bertepuk tangan meriah ketika "Bocah Menteng" menyebut kunjungannya yang tak genap 24 jam ini sebagai "Pulang Kampung",,,,, Ah, masih tergiang ketika tadi, di masjid terbesar di Asia Tenggara (Istiqlal) dia mengatakan bahwa negara kita adalah rumah keduanya,,,, Sesaat aku merasa kalau dia adalah bagian dari kita, tapi tak sempat lama kufikirkan hal itu karena sesaat kemudian tempat ini kembali riuh oleh tepuk tangan karena "Bocah Menteng" sangat terkenang dengan Bakso dan Sate, bahkan dia sempat meperagakan cara memanggil mamang bakso dan tukang sate,,,, Sayang kalian tak bisa menyaksikannya karena kalian tulang belulang yang terbujur kaku antara bekasi dan karawang,,, Tapi aku bersyukur kalian tak menyaksikan ini! Karena jika kalian turut menyaksikan, aku takut kalian akan terhipnotis oleh senyum manis dan kenangannya akan Becak, Gedung Sarinah, dll,,,, Sungguh sesaat dia terasa seperti seorang sahabat sejati yang lama kami tak bertemu andai saja aku tak ingat bangsa adikuasa itu tengah mereguk "madu" papua, blok cepu, dan berbagai kilang minyak dan tambang bumi lainnya di Nusantara,,,, Wajahku tertunduk lesu menyaksikan "Ibu Pertiwi" yang hanya bisa menahan rasa sakit teramat perih karena "kandungan"nya digerus habis,,,

Kesadaran inilah yang mengingatkanku akan ulang tahun kalian,,,, Maafkan aku, dia, mereka, media2 informasi kita, pejabat2 negeri ini yang dibuat lupa jika ini hari ulang tahun kalian karena kesibukan kami atas kedatangan "Boneka Tak Berdosa" dari negara "Adikuasa",,,Pasti kalian merasa sepi dan iri ketika semua orang mencurahkan kepeduliannya kepada "Boneka Tak Berdosa",,,, Padahal hari ini, setiap tanggal ini, biasanya bangsa ini mencurahkan perhatian untuk mengenang jasa2 mulia kalian, pengorbanan luar biasa kalian, cita2 dan tujuan luhur kalian,,,, Tapi hari ini tidak, kalian kalah pamor kawan,,,,, Kalian tak semenarik "Boneka Tak Berdosa",,,,

Ah, sejenak aku takut dihujat oleh pemuja "Yang Mulia" karena menyebut "Bocah Menteng" itu sebagai "Boneka Tak Berdosa",,,,, Tapi aku akan sangat malu kepada kalian jika aku takut terhadap hal itu,,,, Yang aku takutkan sekarang taklah lebih dahsyat dari beratnya medan pertempuran yang kalian lalui dulu,,,,, Dengan semangat perjuangan kalian, dengan memegang garuda didadaku, aku tidak takut,,,,, Karena aku berusaha benar, sebenar cita2 dan tujuan mulia kalian dahulu,,,,

Ah, andai temanku ada disini,,,, Dia akan bercerita banyak kepada kalian tentang banyaknya kekayaan alam yang mereka simpan,,,, Mereka pintar (licik) dalam memanajemen hal itu,,,, Mereka menyimpan kekayaannya dan menggerus kekayaan negara lain,,,, Ketika kekayaan negara lain habis, mereka akan menjadi pemegang tunggal kekayaan alam dari apa yang mereka simpan,,,, Dan ketika itu terjadi, mereka akan sangat sewenang-wenang kepada semuanya, karena kehidupan kita sangat bergantung kepada mereka,,,,,

Cerita lain temanku adalah seharusnya mereka lebih menghargai kita,,,,, Bagaimana tidak, kita dengan suka rela dan berbangga hati telah menjual murah Bumi Cendrawasih dan berbagai daerah potensial lainnya kepada mereka,,,,, Tapi bukannya berterima kasih, mereka malah mengkhianati keramahan dan persahabatan kita dengan jerat hutang dan menjadikan kita "Lahan Basah", "Makanan Empuk", "Sapi Perah", atau apapun lah bahasanya,,,, Jika kenyataannya begini, masih pantaskah presiden kita menyanjung pemimpin negara (yang katanya) "Adikuasa" dengan sebutan "Yang Mulia"??? Sungguh engkau lebay wahai bapak presidenku terhormat,,,,, Sungguh kau telah meluluhlantakkan tulang belulang yang terbujur kaku antara bekasi dan karawang menjadi butiran2 halus menyerupai debu, lalu kau hembuskan kencang hingga hilang bekasnya, melayang terbang sendirian menangisi perjuangan, menyesali perbuatanmu,,, Sungguh kau pandai menjilat, tapi kau tak pantas menjadi panutan bagi negeri yang besar ini karena kau melupakan para pahlawan bangsa,,,,,,

Ah, teringat aku beberapa waktu yang lalu, ketika berkata kepada temanku tentang gagah dan bangganya seseorang yang memimpin negara "Adikuasa" itu,,,, Tapi dengan senyum dan penuh empati temanku berkata,"Pemimpin mereka adalah "Boneka Tak Berdosa",,,, Ada kekuatan sebagai motor penggerak utama yang tidak kita ketahui dibelakangnya,,,, Sungguh pergerakan intelijen dan spionase dari kekuatan itu sangat menakutkan meski kita tak mengetahuinya, tak menyadarinya,,,,,,"

Lama aku berfikir tentang kata2 temanku itu,,, Sayang aku tak sempat menanyakan lebih jauh maksud kata2nya itu karena dia menjadi korban salah tembak Detasemen Khusus yang katanya untuk membasmi teroris yang kadangkala ketika tidak sengaja membasmi yang kebetulan bukanlah seorang teroris, maka untuk menutupi malu dan membenarkan aksi asal "dor" meraka, mereka tetap mengumumkan jika itu adalah teroris yang membuat keluarga korban sungguh merasa teriris,,,, sadis memang, ironis,,,,

Dibayangi gebyar megahnya pesta "Pulang Kampung Yang Mulia Bocah Menteng, Sang Boneka Tak Berdosa dari Negara "Adikuasa"", izinkan kami tetap mengucapkan SELAMAT HARI PAHLAWAN,,,, Semoga kami, orang2 yang tak tau diri, orang2 yang tak tau budi, orang2 yang malas berjuang, orang2 yang kebarat2an, tak lagi melupakan jasa dan perjuangan kalian wahai tulang belulang yang terbujur kaku di seluruh penjuri negeri,,,, KALIAN ADALAH PAHLAWAN,,,,
dan teruntuk siapapun yang bekerja keras untuk Wasior, Mentawai, Merapi, dan untuk kejayaan NKRI, KALIAN ADALAH PAHLAWAN,,,,

SELAMAT HARI PAHLAWAN,,,,,,,