17 Februari 2011

Senin, 14 Februari 2011, Senja Valentine yang Memerah,,,

"Kak, sekarang aku sama orang laen!", kata Nani.

Degh!! Seketika pembuluh darahku terasa menyempit. Canda tawa yang sempat terurai sejak kebersamaan kami dari tadi siang kini seolah tak lagi memilik arti. Angin yang berhembus semilir di tepian pantai Anyer pun nyatanya tak mampu menyejukkan jiwa yang tiba-tiba memanas mendengar pengakuannya. Aku menghela nafas panjang, beberapa kali. Perlahan pandangan mataku kualihkan mengikuti garis pantai. Melihat nyiur yang melambai syahdu, liukan ombak yg berkejaran menyisir pantai, keceriaan anak-anak bermain air dan pasir. Pandanganku berakhir pada mentari yang hendak terlelap d ujung laut sana, benar2 senja yg indah, senja yang memerah! Senja yang aku suka. Persis sama seperti merahnya senja yang kami lalui dulu di kawasan Uluwatu, Bali. Harusnya aku bersenang-senang hari ini!! Ini hari kasih sayang, pikirku.

"Kak, kakak gak marah kan??", tanyanya membuyarkan lamunanku.

Lagi-lagi aku menghela nafas panjang, mencoba meredam gejolak jiwa yang berkecamuk sedemikian rupa karna aku merasa kecewa, sangat-sangat kecewa.

"Gak Nan, kakak gak marah! Toh kita emang udah putus dari 3 bulan yang lalu." jawabku sambil menyeka guliran air mata yang tanpa terasa menetes juga.

"Maafin Nani ya kak?? Doni hadir di saat Nani kehilangan perhatian dari kakak. Nani butuh perhatian kak!! Sementara kakak terlalu sibuk dengan kantor dan kuliah kakak,,"

"Ya Nan, kakak ngerti!!"

Aku kembali mengalihkan pandangan karena rasanya saat ini aku tak sanggup menatap wajah mantan kekasihku itu. Kali ini mataku memilih tuk mengikuti tarian burung camar dan walet yang terbang bebas di sepenggalan langit. Ah aku ingat bapak!! Ya bapakku yg diseberang pulau sana, di tengah Sumatera. Andai aku mendengarkan petuahnya beberapa bulan lalu, mungkin aku takkan merasakan kehilangan ini.

Lamunanku pun melayang mundur ke belakang, ketika kami sekeluarga baru saja pulang dari rumah tanteku, selasa, tanggal 16 Nopember 2010 yang lalu.

"Nak, umurmu berapa sekarang??", tanya bapakku malam itu.

"24 taun pak. Kan hari minggu kemarin ultahnya, hehehehe,,,"

"Oh iya, ya,,, Maaf kl bapak lupa!", kata bapakku tersenyum.

"Kamu udah punya niat buat nikah??", tanya bapakku lagi.

Glek!! Sejenak aku terkejut dengan pertanyaan bapakku. Mungkin bagi bapak aku sudah seharusnya menikah. Atau mungkin bapak merindukan ramainya suasana walimahan sebagaimana yang telah 4 kali diadakan di rumah kami, saat walimahan kakak-kakakku. Ya, dari 6 bersaudara hanya aku dan adik cowokku yang baru kelas X (1 SMA) yang belum menikah. Walimahan terakhir di rumah terjadi tahun 2005 lalu, saat kakak cowokku, sulung diantara kami bersaudara menyunting rekan kerjanya. Sementara 3 kakak cewekku lebih dulu dipertemukan dengan jodoh mereka.

"Mungkin 2 taun lagi pak!" jawabku kala itu.

Untungnya cuma kami berdua saja, aku dan bapak di ruang keluarga ini, yang sedari tadi mengobrol sambil menikmati sajian televisi. Andai semuanya berkumpul, mungkin aku akan lebih gugup lagi menjawab pertanyaan bapak itu karena dapat dipastikan yang lain akan mencoba menggodaku jika membahas hal yang terkait dengan pernikahan. Emak dan Nenek sedang melanjutkan tanakan Rendang di dapur. Kakak tertuaku di rumah mertuanya. Si bungsu telah mengambil posisi tidur. Sementara 3 kakak cewekku dan suaminya juga di dapur, mengeroyok penyelesaian tahapan akhir pembuatan opor buat kaum kerabat yang biasanya ramai setelah sholat ied besok. Ah, orang Indonesia memang selalu merasa beruntung! Di timpa musibah pun kadang masih berkata untung. Mungkin merasa beruntung karena tak diuji dengan musibah yang lebih berat, atau merasa beruntung karena ada hikmah dari musibah yang ditimpakan. Hanya tergantung sudut pandang dan bagaimana kita menghadapi sesuatu kan??

"Bapak denger kamu pacaran lagi ya??"

"Ya pak.", jawabku singkat.

"Nak, buat ap sih kamu pacaran?? Bapak tak melihat ada sesuatu yang baik dari pacaran!! Apakah kamu pacaran karena butuh kasih sayang?? Apakah selama ini kamu tak merasa cukup dengan rasa cinta yang telah dilimpahkan dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?? Atau kau jarang berfikir tentang cinta-Nya yang tak pernah sedikitpun menuntut balas dari kita??"

"Aku,,,, Aku,,,,", aku tak melanjutkan kata-kataku, seakan tak tau harus menjawab apa.

"Apakah kau pacaran karena butuh teman?? Bukankah kau punya banyak teman sekantor, sekampus, dan teman lainnya?? Bukankah jumlah mereka jauh lebih banyak daripada hanya satu pacarmu??"

Aku tertunduk lesu, lidahku kelu.

"Nak, bukannya tak boleh kau mencintai lawan jenismu. Ada masanya. Bapak dan Emakmu dulu juga gak pacaran. Tapi kau bisa saksikan betapa bahagianya kami dengan keluarga besar kita ini. 35 tahun sudah nak kami bersama. Kami belajar saling mencintai setelah kami menikah."

"Bagaimana hubunganmu dengan mantanmu yg dulu??"

"Hm,,, Kurang baik pak."

"Kenapa??"

"Agak susah untuk bersikap pak. Kalau aku terlalu baik, aku takut membuat dia menaruh harapan lagi padaku. Jika tak kuhubungi, dia bilang aku sombong dan dia bersedih hati.", jawabku.

"Nah, bukankah itu salah satu petanda bahwa pacaran itu dapat menyebabkan sesuatu yang tak baik?? Terus jika kau terlalu asyik berpacaran dan selalu mencari waktu tuk berdua saja bukankah itu secara tak langsung telah membatasi dirimu tuk bersilaturrahmi dengan yang lainnya?? Lalu mengapa kau masih mau berpacaran?? Sejatinya hidup telah mengajarkan banyak hal nak kepada kita. Namum memang sebagian kecil saja dari kita yang mau dan mampu mengambil hikmah yang ditawarkan oleh kehidupan. Sebagian besar dari kita sebenarnya tau akan ada pelajaran dari segala sesuatu. Hanya saja kadang kita tak mau tau."

Aku terdiam.

"Kadang ada yang merayu pacarnya dengan mengatakan bahwa dia selalu memikirkan pacarnya, tiap detik memikirkan pacarnya, mau ngapain aja ingat pacarnya! Coba kau telaah lagi, tidakkah itu menjurus ke syirik?? Jika tiap saat mereka benar-benar memikirkan dan mengingat pacar, kapan mereka mengingat Allah SWT?? Apakah itu juga berarti mereka tak mengingat dan berfikir tentang orang tua yang telah membesarkan mereka?? Alangkah kasiannya kami, para orang tua jika tak pernah diingat dan difikirkan oleh darah daging kami sendiri. Kalian adalah orang yang kami harapkan tuk selalu mendoakan kami ketika kami hidup maupun ketika kami telah dipanggil-Nya kelak nak!! Bukankah hanya doa anak-anak sholeh yang diijabah oleh-Nya?? Bagaimana kalian mau mencapai derajat sholeh jika kalian tak pernah ingat Tuhan?? Jangan-jangan ketika sholat pun, dimana kau seharusnya memfokuskan fikiranmu tuk mengingat-Nya, kau malah membagi fikiranmu tuk mengingat pacarmu?? Rapuh nak agamamu jika kau ternyata melakukan itu. Kau pasti belum lupa kan jikalau sholat itu adalah tiang agama??"

"Atau kalian gunakan itu hanya sebagai bualan belaka?? Ngegombalin pasangan kalian?? Bukankah gombal itu termasuk kategori kalian berkata tak jujur?? Tak jujur itu masih sama kan artinya dengan berbohong nak?? Sepemahaman bapak sih berbohong itu masih merupakan salah satu perbuatan dosa. Entahlah dimata kalian, anak-anak muda yang mungkin mulai terbiasa dengan dosa. Belum lagi jika kalian bersentuhan kulit, berpelukan, berciuman, dan melakukan hal-hal terlarang lainnya. Jangankan melakukan zina nak, mendekatinya saja kita dilarang. Jadi sudah kewajiban kitalah seharusnya meminimalisir kemungkinan terjadinya hal-hal yang tak baik itu. Kau pasti menginginkan pasangan yang baik kan?? Maka jadikan dirimu baik dulu karena pasangan yang baik hanya untuk pribadi yang baik pula."

"Jika kalian menginginkan cinta dari lawan jenis kalian, maka halalkanlah cinta kalian melalui ikatan yang syah, menikahlah!! Jika belum, maka kendalikan dirimu. Jangan terjebak dengan bisik dan bujuk rayu syaitan. Itulah mengapa tadi bapak menanyakan tentang rencana pernikahanmu. Bapak takut kau terperangkap dalam permainan dunia yang fana. Menikah itu ibadah nak, sunnah rasul, sebagian daripada agama. Maka ketika kamu mencinta, hendaknya kamu mendasarkan cintamu kepada-Nya. Karena cinta yang halal terbentuk saat kalian beribadah menyempurnakan agama kalian, sejak mengucapkan ijab qabul, mengikrarkan janji untuk hidup bersama dengan konsekuensi kalian harus bisa saling menerima. Jangan sampai karena beberapa masalah setelah kalian menikah kalian mengucap kata pisah! Cerai itu diperbolehkan, tapi tidak disukai Allah SWT."


"Kak, kakak,,, Kakak kok diem aja sih??", ceracau Nani yang ternyata sejak tadi telah berulang kali memanggilku.

"Eh, ya nan.", jawabku tergagap.

"Kakak kok diem aja?? Pasti kakak marah kan sama Nani??", tanya nani dengan muka yang mengiba.

"Gak kok nan. Justru kakak mendapatkan hikmah dari senja yang memerah ini. Maaf jika dari kemarin-kemarin kakak terlalu bersemangat mengajak Nani merayakan valentine,"

"Gak apa-apa kak! Nani juga sebenarnya pengen dan senang jalan-jalan sama kakak. Doni kan kerjanya di Palembang kak. Jadi dalam kondisi jarak jauh gini Nani juga gak bisa percaya sepenuhnya sm dia!!"
*nah lho???


+ + + + + + + + + + + + + +  + + + + +

Senin, 14 Februari 2011, Malam Gelap Beranjak Pekat,,,

Akhirnya aku sampai di kosan pada Pukul 22.17 WIB setelah aku mengantarkan Nani pulang ke rumah orang tuanya dan kemudian mengembalikan mobil rental yang dari tadi siang aku pakai. Rencana menikmati malam di keremangan Anyer bersama Nani telah aku batalkan meski dia protes. Kami segera pulang setelah menunaikan sholat maghrib disana dan menjalankan sholat isya di salah satu rest area di sepanjang jalan Tol Merak - Jakarta.

Segera setelah masuk kamar, aku meraih handphone hitam berbalut merah yang kuletakkan di saku kiri celanaku. Kupandangi sejenak handphone yang hampir menghabiskan pendapatanku selama sebulan ketika aku membelinya. Aku tak habis fikir mengapa benda ini begitu mahal dan aku dengan bodohnya mau saja mengeluarkan uang sebegitu banyak untuk benda ini!

"Ah, sudahlah! Jika difikir2, memang banyak kesalahan yang kita lakukan dimasa lalu. Adalah suatu kesalahan (lagi) jika kita malah menghabiskan banyak waktu dan tenaga hanya untuk menggerutui apa yang telah terjadi tanpa ada hikmah yang kita petik. Toh waktu terus berjalan tanpa titik koma tanpa mau peduli apakah kita bisa mengerti tentang kehidupan yang kita jalani!", bathinku.

Segera aku menyentuh touchscreen handphoneku dan melihat daftar kontak. Terlihat jelas ada nama "Bapak" disitu dan dan aku segera meneleponnya.

"Assalamu'alaikum,,,,,", sapaku begitu bapak menggangkat telpon.

"Wa'alaikumsalam,,,,, Ada apa nak??", tanya bapakku.

"Gak apa-apa pak, cuma mau nelpon aja pak."

"Ow, kamu baik2 aja kan nak??"

"Alhamdulillah baik pak."

"Kami semua lagi berkumpul di rumah nih! Cuma kamu aja yang gak ada. Makanya kalau kerja jangan kejauhan!", seloroh bapakku.

Lalu secara bergantian aku berbicara dengan Emakku, Nenekku, Kakak-kakakku, Kakak-kakak iparku, Adikku, Keponakanku. Dan terakhir mode Loudspeaker handphone bapakku pun dinyalain dan aku mengatakan,"I Love You all!!".

"We Love You too!!", Jawab mereka kompak.

Setelah mengucap salam, akupun menutup teleponku.

Aku bermuhasabah sejenak sebelum tidur dan menegaskan kepada diriku sendiri bahwa penyesalan itu memang datangnya belakangan, tapi tak ada kata terlambat untuk bertaubat!! Aku berdoa, lalu tidur. Semoga besok kala mentari menyongsong pagi, aku terlahir kembali sebagai pribadi yang baru, yang lebih baik. Dan semoga kita semua seperti itu. Karena besok adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, sosok yang sempurna untuk kita teladani. Semoga kita semua bisa (setidaknya berusaha) tuk meneladani beliau. Amin,,,,, :p