20 Oktober 2009

Mozi, sang murid kehidupan (1)

"Horeee............".
Gemuruh sorak sorai anak-anak XII IPA 1 membahana ke seantero gedung olahraga sekolah mereka!

Mereka sangat senang ketika Mozi, pebasket andalan kelas mereka bisa memperkecil ketinggalan poin dari tim "Pes-2" (tim basket kelas XII IPS 2) yang memang sangat difavoritkan untuk menjadi juara pertandingan basket antarkelas yang rutin dilaksanakan pada minggu berikutnya setelah siswa sekolah itu mengikuti ujian semester.

Mozi, sang inspirator permainan memang menjadi andalan untuk sedikit bisa mengimbangi permainan hebat dan keras yang diperagakan musuh mereka pada final ini. 12 poin sudah yang diciptakan Mozi pada pertandingan ini, tapi itu belum cukup untuk menggungguli Pes-2 yang sekarang memimpin dengan kedudukan 36 - 29. Perjalanan tim "Tipatu" (tim basket kelas XII IPA 1) hingga sampai ke partai puncak ini sungguh sangat mengejutkan dan diluar perkiraan semua orang. Bagaimana tidak, pemain Tipatu bukanlah pemain tim sekolah, hanya menempati posisi 3 dari 4 tim yang tergabung dalam Group C pada babak penyisihan dan kemudian lolos secara dramatis dari babak play off ke perdelapan final dengan hanya unggul 1 angka atas tim lemah, kelas X 4.

Ditengah lapangan, Mozi sedang mendrible bola, bergerak melewati satu dua pemain lawan, sebelum mengoper bola tersebut ke Patra, pemain Tipatu yang paling pendek namun tidak terjaga di bagian kanan pertahanan lawan. Patra yang merasa bebas langsung melakukan three-point shoot, tapi belum berhasil. Bola rebound yang kemudian diperebutkan antara Mozi -yang saat ini telah berada dibawah ring- dengan Sapi, julukan si Nazar, center Pes-2 yang postur badannya agak sedikit besar -sebenarnya boleh dibilang agak gemuk-. Rebound menjadi liar, tapi beruntung Mozi berhasil lepas dari penjagaan Sapi. Dengan sedikit gerakan menjauhi ring, Mozi kemudian memutar badan dan langsung melakukan jump-shoot, dan "in". Kedudukan poin berubah, namun Pes-2 masih memimpin dengan angka 36 - 31.

Aksi Mozi berbuah tepuk tangan dari para penonton yang salut akan perjuangan Tipatu, tim yang sebelumnya mereka underestimated. Tentu saja tepuk tangan itu tak mereka dapatkan dari pendukung Pes-2 yang mulai khawatir dengan perjuangan dan semangat tinggi tim lawan yang mulai mengancam keunggulan tim kesayangan mereka. Namun, decak kagum sempat juga terucap dari bibir satu dua orang suporter Pes-2 yang benar-benar tidak menyangka tim basket Tipatu bisa memberikan perlawanan sampai sejauh itu. Apalagi jika dilihat dari komposisi pemain tim mereka -Pes-2- jelas jauh lebih unggul. Bagaimana tidak, dari 12 pemain mereka, 5 diantaranya adalah pemain timnas basket sekolah, yang 3 orang didalamnya adalh pemain inti. Dilain pihak, tak ada satupun pemain Tipatu yang tergabung dalam timnas sekolah. Bahkan kemampuan individual tim Tipatu boleh dibilang tidak ada yang istemewa, cuma ada Mozi -yang pernah mendapat tawaran untuk mengikuti latihan timnas sekolah- dan Patra yang sedikil lincah dan pintar berkelit karena posturnya yang mungil.

Suporter Tipatu terus berteriak, "Moooziiii, Mozi! Moooziii, Mozi!".

Sementara Mira, siswi XII IPA 2 yang pernah menolak cinta Mozi karena dia mengganggap Mozi adalah cowok kampungan yang miskin dan cupu -seperti anggapan kebanyakan orang terhadap siswa Tipatu, kelas unggulan di sekolah mereka- mulai takjub melihat permainan Mozi, apalagi teriakan Suporter jelas-jelas menunjukkan dukungan penuh kepada Mozi.

Permainan terus berlangsung, perbedaan poin agal sedikit melebar, 47 - 41 dan waktu yang tersisa  hanya 1 menit 8 detik. Mozi memberikan isyarat kepada Naya, manajer timnya untuk meminta time out. Naya pun cepat tanggap, dan segera meminta time out kepada petugas yang mengawasi pertandingan.

"Saya kelelahan dan saya tau kalian semua juga kelelahan! Tapi sudah sangat terlambat jika kita mengucapkkan kata 'menyerah', dan takkan ada kata 'menyerah' dari tim kita.", ujar Mozi saat menyuntikkan semangat di sisa-sisa tenaga yang mereka miliki.

Dengan nafas sedikit tersengal  dan sambil menyeka keringat yang terus berjatuhan, Mozi melanjutkan kata-katanya, "Strategi kita ubah. Kita menyerang total. Saya dan Patra tukaran posisi, jadi Patra yang bawa bola. Belu masuk gantiin Ruly, siap-siap three-point shoot. Wak -nama panggilan deny- kunci pergerakan Ari saat kita bertahan. Anton siap-siap rebound. Kita akan melupakan sejenak posisi baku dalam basket, kita akan bergerak bebas untuk membuat pemain Pes-2 bingung. Tetap bermain kolektif, karena jika one by one kita takkan mampu bertahan. Minimalisir drible bola, mainkan dari tangan ke tangan! Bermain cepat, kita akhiri final game ini sesegera mungkin. Paham semua......???"

"Paham......!!!", jawab mereka semua.

Belu masuk menggantikan Ruly, permainan bergulir lagi.

"Ayo semangat!!', teriak yoza dari pinggir lapangan, disamping Naya dan Mimi.

Anton memegang bola, sementara itu Mozi dijaga 2 pemain lawan. Anton mengoper bola kearah Patra, lawan kebingungan karena biasanya Mozi yang akan membawa bola. Secara tak sadar, 2 orang pemain musuh yang tadinya menjaga Mozi mengalihkan kawalannya mendekati Patra. Patra berkelit dan dengan kelincahannnya melesat ke depan dan mengoper bola ke Mozi yang tak terjaga. Menerima bola tersebut, Mozi tak berfikir panjang lagi untuk berusaha menerobos pertahanan musuh melainkan langsung melakukan tembakan three-point. Bola melambung dan "in". Tipatu masih ketinggalan 44 - 47.


Permainan berlangsung sengit. Wak berhasil merebut bola dari pemain Pes-2 dan langsung mengoper ke Patra. Tanpa ba bi bu, Patra mengoper bola ke Anton. Anton berniat meneruskan bola tersebut ke Mozi yang telah berlari ke bawah ring, tapi dia melihat Mozi dikawal ketat si Sapi. Anton memgembalikan lagi bola ke Patra, Patra mengoper jauh ke depan, mengarah ke Belu. Belu menangkap bola dengan sempurna, dengan sedikit gerakan mengecoh, Belu melepaskan diri dari kawalan Jery dan melepaskan three-point shoot dengan sempurna. Poin sekarang berimbang 47 - 47.

Pes-2 tampak kalut. Bobin, sang manajer meminta time out di waktu yang tersisa 32 detik lagi.

Permainan dilanjutkan. Ari -Pes-2- membawa bola, kemudian mengoperkan bola tersebut ke Triatno. Triatno menahan bola sejenak dan melihat pergerakan Ari yang menerobos masuk pertahanan Tipatu, tanpa banyak bergerak Triatno mengoper bola kembali ke Ari. Ari melakukan lay up dan sukses menambah perbendaharaan angka untuk membuat  Pes-2 unggul kembali dengan margin 2 poin, 49-47.

Waktu tinggal 16 detik lagi.

Permainan berlanjut. Anton memberikan bola ke Patra, Patra mendrible bola ke tengah lapangan, kemudian menyisir lapangan berusaha menghindari hadangan pemain lawan dan memcari celah untuk mengoper bola ke Belu yang sudah memberikan isyarat meminta bola karena merasa posisinya agak sedikit bebas. Patra mendapat celah untuk memberikan umpan, bukan Belu, tapi dia mengoper bola ke Mozi. Mozi yang menerima bola dan dengan kepercayaan diri tinggi bersiap melakukan three-point shoot terakhir untuk meraih poin juara di 5 detik tersisa.

Sapi yang melihat hal itu, dengan sigapnya berlari kearah Mozi. Sapi sangat tak menginginkan Mozi berhasil menjaringkan bola itu, karena dia tak mau keluar lapangan sebagai pecundang meskipun mungkin pergerakan dia untuk mencegah poin kemenangan yang akan diraih Tipatu terhitung agak sedikit terlambat.

Mozi melompat, siap melemparkan bola ke arah jaring. Sapi datang, dan..

"Oh, tidaaaaa......aaaaakkkkkkkkk!!"

=  =  =  =  * *  =  =  =  =

(bersambung)


3 komentar:

  1. good...good...good

    di tunggu nih kelanjutannya!!!! ^^

    BalasHapus
  2. ok dok,
    gek kl s4 dilanjuti..

    smga be dak kehilangan ide & kato2,
    amin....

    BalasHapus