22 September 2011

Bidadari untuk Adli,,,

Jumat, 13 Mei 2011,,,
“Adli, besok pagi kita pulang ke Jambi!!”, kata seorang wanita paruh baya mengagetkan Adli yang baru saja hendak menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas.
“Eh, Mama! Kok belum tidur Ma?? Kan udah lewat tengah malem!”, kata Adli yang baru saja pulang sembari berjalan menghampiri mamanya dan langsung sungkem ke mamanya.
========888========

Sabtu, 14 Mei 2011,,,
Pesawat sudah lepas landas meninggalkan Jakarta melalui Bandara Soekarno Hatta. Dari jendela pesawat, Adli memperhatikan kepulan kabut asap yang sepertinya sangat setia menemani kota metropolitan ini. Sementara di bawah sana deratan pemukiman penduduk semakin merajalela, menggerus lahan-lahan terbuka hijau dan lahan pertanian. “Kota ini seolah tak punya denyut jantung, tak pula detak nadi! Persis keadaanku saat ini, hidup tanpa kekasih hat,,,”, gejolak hati Adli.
========888========

Senin, 16 Mei 2011,,,
“Kamu belum memikirkan pernikahan, Adli??”, tanya pamannnya ditengah perjalanan menuju rumah Haji Ahmad. Haji Ahmad adalah ustadz yang sudah pensiun dari salah satu pesantren ternama di Propinsi Jambi yang terletak di Sekoja (Seberang Kota Jambi), pesantren tempat Adli menyelesaikan pendidikan aliyahnya dulu.
 “Hm… Siapa sih om yang gak mikirin tentang pernikahan?? Pasti semua orang yang udah gede mikirin lah…”, kilah Adli diplomatis. Sejenak Adli terkenang kepada seseorang yang pada masa kuliah dulu sempat menggetarkan hatinya.
“Loh, berarti kamu belum diberi tahu Papamu tentang rencana perjodohan kamu dengan anak Haji Ahmad??”, tambah pamannya.
“Apa?? Jadi rencana makan siang ini hanya akal-akalan buat mempertemukan aku dengan anak Pak Haji?? Sekarang bukan zamannya Siti Nurbaya lagi Om… Aku gak suka cara seperti ini, aku gak mau! aku bisa mencari calon sendiri!!”, kata Adli kesal seraya hendak memutar balik arah mobilnya.
“Kamu jangan langsung emosi gitu donk!! Toh ini baru rencana,,, Tak ada salahnya kan kalian bertemu dulu,,, Lagian Papa Mamamu udah disana!! Kamu mau bikin malu Papa Mamamu?? Keluarga Pak Haji terkenal sebagai keluarga baik-baik,,, Kamu juga udah kenal bener kan sama Pak Haji?? Kan dulu menjadi wali kelas waktu tahun terakhir aliyahmu,,, Udah lah!! Kita kesana aja dulu,,, Papa, Mama, Om, dan keluarga besar kita gak sembarangan ngejodohin kok!! Bahkan dulu dia juga kuliah di Jakarta lho,,, Tapi om gak tau dia kuliah dimana!!”, terang si paman berusaha meredakan emosi Adli.
Dengan terpaksa Adli meneruskan perjalanan. Keberadaanya sebagai anak tunggal memaksanya selalu bersikap yang terbaik bagi orangtuanya. Seingatnya, dia tak pernah mengecewakan orangtuanya. Maka kali ini pun tidak!! Dia jadi teringat akan pesan temannya bahwa mendengarkan kata-kata yang baik dari orangtua dapat mendatangkan keberkahan.

Sesampainya di rumah pak haji, Adli lebih banyak diam hingga akhirnya, “Adli, perkenalkan ini Fitri, anak bapak!!”, kata pak haji.
Adli pun mau tak mau terpaksa menoleh ke arah datangnya Fitri. Pandangan mereka beradu dan hampir bersamaan mereka terkejut, “Lho, kamu??”
“Kita sekampus kan dulu??”, sambung Adli melanjutkan keterkejutannya ketika bertemu seseorang yang tak pernah dia lihat lagi sejak 3 tahun yang lalu, semenjak lulus kuliah. “Sungguh Allah SWT bekerja dengan cara yang tak bisa diduga,,, Alhamdulillah!!”, bathin Adli.
Fitri yang kini agak sedikit tertunduk lesu menjawab singkat, “Iya,,, Kita dulu sekampus!!”
Wajah Adli yang tadinya suram mendadak cerah. Fitri adalah sosok yang dia kenal sebagai perempuan sholehah, cerdas, sabar dan berjiwa sosial. Tapi posisi Fitri yang semasa di kampus menjadi anggota dan pengurus rohaniawan islam (rohis) membuat Adli segan untuk berbicara mengenai cinta dengannya. Adli tahu dan dia menghormati bahwa orang-orang seperti Fitri tak mengenal pacaran sebelum menikah.

* * @ * *

 “Kenapa kamu gak mau nak?? Keluarga Adli kan keluarga baik-baik?? Toh kalian juga udah saling kenal sejak kuliah??”, tanya Bunda Fitri tak berapa lama setelah keluarga Adli pulang.
“Justru itu Bun!! Justru karena aku udah kenal dia makanya aku gak mau,,, Dia itu playboy Bun semasa kuliah, banyak cewek yang deket ama dia,,, Orang seperti itu mana bisa jadi imamku?? Aku gak nyangka Ayah Bunda ngejodohin aku ama orang kayak dia!!”, jawab Fitri disela buliran air mata yang membasahi pipinya. Tadinya dia mengira bahwa orang yang ingin dijodohkan kepadanya adalah seorang ustadz, alumni Mesir, atau minimal orang yang taat beragama. Sedangkan Adli, menurut fitri jauh dari ketiganya.
“Emangnya dulu kalian kenal dekat?? Emangnya kamu bener-bener mengenal dia secara pribadi?? Emangnya kamu tau kalo dulu dia santri terbaik ayahmu waktu aliyah??”, tanya Bundanya.
“Hah?? Orang kayak Adli lulusan pesantren?? Santri terbaik?? Gak mungkin ah Bun!!”, protes Fitri.
“Makanya Bunda tanya, kamu bener-bener kenal dia gak?? Jangan-jangan kamu secara tak langsung udah mendzolimi dia karena menilai tanpa kenal pribadinya?? Inget dosa lho Nak,,,”
“Hm,,, Emang gak terlalu kenal sih Bun!! Cuma tau-tau gitu aja,,, Dia kan terkenal di kampus!!”
========888========

Selasa, 17 Mei 2011,,,
Fitri dan sepupunya baru saja akan memulai pelajaran berhitung bagi anak-anak di sekitar Candi Muaro Jambi saat Adli datang menghampiri. Fitri pun meminta sepupunya untuk memulai duluan. Memang, selain menjadi guru di Pesantren tempat ayahnya mengajar dulu, Fitri juga kerap terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, terutama ketika hari libur seperti mengajar anak-anak di sekitar candi kebanggaan warga Jambi ini. Dia pun membawa beberapa buku untuk meningkatkan minat baca anak-anak dan remaja di lingkungan candi.
“Ngapain kesini?? Mo jalan-jalan di candi atau mo ngeliat perayaan Waisak??”, tanya Fitri.
“Gak, kan lagi perayaan Waisak!! Gak boleh masuk donk ke lingkungan candi,,,”, jawab Adli. “Aku kesini sengaja buat nemuin kamu!! Aku pengen ngasih sesuatu,,,”, lanjut Adli serius.
Jantung Fitri berdegup kencang. Pikirannya melayang ke banyak kejadian di film yang jika sang Laki berkata seperti itu, maka besar kemungkinan dia akan melamarnya. Yang bikin Fitri resah adalah, sungguh tak sopan sekali Laki-laki ini melamarnya disini, meskipun kawasan candi ini merupakan kawasan situs terluas se-Asia Tenggara. Yang Fitri mau tentulah Lelaki itu melamar di rumahnya, melalui orangtuanya, tak langsung kepada dirinya.
“Aku cuma mo ngasih ini kekamu!!”, kata Adli seraya menyodorkan secarik kertas yang terlipat dengan baik.Kemarin aku sempat liat kamu naik sepeda lho, di pertigaan pesantren
“Ow,,, Kirain!!”, desah Fitri dalam hati. Fitri lega sekaligus malu karena berpikir yang tidak-tidak terhadap Adli barusan. Setidaknya dia menyadari bahwa dia memang terlalu cepat mengambil kesimpulan akan sesuatu hal yang pada hakikatnya kadanga belum benar-benar dia ketahui. Fitri pun mulai yakin akan ucapan Bundanya bahwa Adli adalah anak yang sholeh, cerdas, dan berprilaku baik.

* * @ * *

Fitri baru saja selesai mandi begitu dia teringat secarik kertas yang diberikan Adli tadi. Sejenak dia ragu untuk mengetahui isi kertas tersebut, tapi tetap saja rasa penasaran menyergapi pikirannya. Fitri lantas mengenakan jilbab dan mengambil kertas dari Adli yang tadi diselipkannya di dalam tas. Dia beranjak ke beranda depan, duduk di kursi sambil menikmati langit yang beranjak sore dan angin sungai Batanghari yang sepoi-sepoi berhembus semilir ke rumah panggungnya.

Assalamu’alikum wr. wb.
Ukhti, bidadari sekoja,,,
Maaf jika kehadiran secarik kertas ini mengganggu ketenanganmu.
Bukan maksudku seperti itu.
Mungkin aku hanya tak bisa mendiamkan asa yang membuncah di dada.

Ukhti, bidadari penyapa imanku,,,
Sungguh kau telah menggetarkan dinding pertahanan cintaku.
Cinta yang kusandarkan atas cinta kepada Penciptaku, Penciptamu juga.
Cinta yang kuagungkan atas cinta kepada Kekasih Allah SWT, Rasulallah SAW.
Cinta yang kuabdikan atas cinta kepada kedua orang tuaku, Insya Allah kepada orang tuamu pula.

Ukhti, bidadari perhiasan dunia,,,
Mungkin aku bukanlah tandingan yang sepadan bagi kesholehan, kecerdasan, dan kesabaranmu.
Maka beri aku waktu tuk memperbaiki diri.
Dan ketika masa itu datang, Insya Allah aku akan menjadi imam yang layak & membahagiakan bagimu.

Ukhti, bidadariku di syurga,,,
Ku harap kau bersamaku dari dunia.


“Yuni,,, Yuni,,,”, panggil Fitri kepada sepupu yang tinggal di sebelah rumahnya.
“Iya Fit,,”, jawab sepupunya. “Ada apa manggil-manggil?? Hehehehe,,,”
“Kita maen ke ruman Nek Aisyah yuk!!”, ajak Fitri.
“Ciecie,,, Mo ketemu Adli nih ye!! Masa tadi pagi udah ketemu sekarang kangen lagi?? Hihihihihi,,,,”, ledek Yuni.
“Siapa yang kangen?? Aku hanya pengen ketemu orang tuanya kok,,,”, elak Fitri.

* * @ * *

“Assalamu’alikum,,,”, sapa Fitri kepada Laki-Laki yang sedang duduk di beranda.
“Wa’alaikumsalam”, jawab Laki-Laki itu.
“Tumben sepi om?? Pada kemana??”, tanya Fitri.
“Pada nganterin Adli dan orang tuanya ke Bandara,,, Emangnya kamu gak tau kalo sore ini Adli balik ke Jakarta??”
“Apa?? Adli balik ke Jakarta??”, ulang Fitri seakan kecewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar