02 Juni 2010

Ukhti, mungkin ini suratku yang terakhir untukmu,,,

Ukhti,,,
Ini suratku yang keempat,,,

Sebenarnya aku tak tau lagi harus menulis apa!!! Tapi, terasa ada yang kurang ketika aku berusaha tuk tak mencurahkan fikiranku melalui tulisan seperti yang telah aku lakukan sebelumnya. Mungkin karena dulu Guru Bahasa Indonesiaku terlalu memukauku dengan bahasa-bahasanya yang indah. Begitu juga ayah bundaku yang banyak mendewasakan aku dengan kata-kata wejangan yang menawan, hingga aku pun mencoba tuk bisa membuat susunan kata yang indah, dan itu hanya untukmu.

Aku tau, mungkin aku terlalu berlebihan. Bahkan bahasa yang aku anggap indah mungkin sama sekali tak ada keindahan didalamnya bagimu, meski telah bersusah payah aku menyusunnya. Sungguh tak begitu mudah bagiku memikirkan kata-kata yang tepat untuk kusampaikan padamu melalui tulisanku, meski tulisanku hanya sesederhana ini. Ya, sederhana sekali.

Aku menyerah. Aku merasa tak ada lagi bahasa indah yang bisa aku susun untukmu, aku seolah kehabisan perbendaharaan kata di otakku yang mulai membatu.

Silahkan kau salahkan aku ketika aku tak lagi menulis untukmu. Atau kau pun boleh bersuka cita ketika tulisan sederhanaku takkan lagi menggangu hari-hari bahagiamu. Aku tak pernah menyesal telah menulis untukmu, tak sedikitpun. Yang aku sesali hanyalah karena aku tak mengerti bahasa diam, bahasa diammu.

Ya, kau tampak diam bagiku. Tak sedikitpun kau menunjukkan tanda bahwa kau telah memahami tulisanku. Atau justru kau malah sangat mengerti tulisanku hingga kau memilih tuk lebih baik diam??? Sekali lagi, sayangnya aku tak mengerti bahasa diammu dan aku menyesal karena belum pernah belajar tentang bahasa diam itu.

Maafkan aku yang telah memiliki niat tuk mengakhiri tulisanku tentangmu, meski sebenarnya tak pernah kuinginkan itu, berhenti menulis tentangmu. Untuk menghargai perasaanku dan kemuliaan dirimu, takkan ada seorangpun yang akan aku tandai dalam tulisanku, tak pula aku kan menandai dirimu. Meski sebenarnya maksudku terdahulu ketika menandai beberapa orang hanyalah keinginanku tuk coba menyugesti meraka tuk dapat mengambil hal-hal baik yang mungkin ada pada tulisanku, mungkin.

Jika kau cukup bijak dan kau mau, maka kau pasti akan membaca tulisanku meski aku tak menandaimu dirimu pada tulisanku. Dan jika kau sangat bijak, maka kau pasti mengerti pesan-pesan yang aku sampaikan melalui tulisanku padamu. Bahkan takkan pernah kau pertanyakan ataupun meragukan apakah ukhti yang aku maksud adalah dirimu, hingga kau pun akhirnya kan memberikan isyarat padaku,

Aku menyerah,,,
Dan mungkin ini suratku yang terakhir untukmu,,,
Maafkan aku,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar